Kamis, 25 September 2014

Kiat usaha sembako omset 18 juta tiap bulan


Saya punya usaha sembako ukuran 2,5 x 6 meter, setelah 8 bulan omset warung sembako saya per bulan mencapai 18 juta/bulan.

Buat yang ingin buka warung sembako, ini ada 7 tips sukses membuka usaha sembako yang harus Anda perhatikan yaitu :

1. Hal penting dari apa yg saya alami adalah pemilihan lokasi.

Untuk membuka usaha penjualan sembako, anda harus memiliki tempat berjualan yang strategis.

Warung sembako ini cocok dijalani jika kita tinggal di pemukiman yang padat penduduk. Apalagi jika misalnya jalan di depan rumah kita/samping rumah kita banyak dilalui oleh para pemakai jalan.

2. Tidak perlu sedia banyak stok bahan baku, sedikit tetapi komplit toh sembari jalan juga nantinya akan semakin penuh.

Untuk awal-awal bahan pokok yang wajib anda beli adalah beras, gula, telor, minyak, sabun, tepung terigu, gula jawa, mie instan, dan makanan anak-anak

Di warung sembako saya selalu menerapkan sistem buffer stock dari barang yang dijual yang artinya stock barang tidak perlu banyak yang penting barang lengkap.

Rumusnya Jumlah Penjualan/hari X 2.

Contohnya, penjualan rokok merk Y adalah 5 bungkus per hari. Maka Anda tidak perlu menyediakan stock sampai 20 bungkus, cukup 10 bungkus saja, karena jika stok terlalu banyak akan memakan modal usaha kita.

Lebih baik sisa modal usaha bisa diputar untuk berbelanja barang lain untuk melengkapi warung. Untuk mendapatkan barang ada dua cara, membeli sendiri ke grosir dan ada juga barang yang diantar oleh distributor.

Untuk belanja ke grosir, dilakukan setiap hari, bahkan sehari bisa 2 kali jika keadaan warung sedang ramai. Untuk barang dari distributor biasanya mereka datang satu minggu sekali (rokok, minuman ringan, sabun dll), tetapi ada juga yang setiap 10 hari (air galon dll) dan 14 (es krim, dll) hari sekali.

3. Berikan promosi ke tetangga anda, berikan harga murah untuk beberapa item barang, karena sekalipun misalnya anda memberikan murah, ketika mereka membeli tentunya juga akan membeli bahan pokok lainnya, sehingga perputaran modal anda akan cepat

Bagaimana cara memilih barang dagangan yang laku dijual di warung sembako Anda?

Pilihlah barang dagangan yang banyak diminati yaitu beras, minyak, gula, teh, kopi, rokok, mie instan dan gas LPG. Anda tidak perlu membeli barang per macam dengan jumlah yang banyak, cukup beli 2-3 saja per macam.

Contohnya saja rokok, misalnya saja jumlah merk rokok ada 6 macam yang anda jual, anda hanya perlu membelinya 4 saja per macam, dan mungkin dapat anda lebihkan menjadi 5 atau 6 untuk rokok yang paling banyak diminati.

Anda harus selalu ramah kepada pembeli dan yang paling penting jangan mengambil untung yang terlalu tinggi karena konsumen sangat suka membanding-bandingkan harga barang dengan warung lain.

4. Berikan layanan lebih seperti mau mengantar barang yang dipesan, misalnya beras, minyak, gas 3 kg, dll

5. Di awal membuka usaha sembako yang penting omset anda bisa berputar dengan cepat, cari untung sedikit saja tapi tingkat penjualan bahan pokoknya banyak.

6. Jangan beli barang dari penjual pengecer, usahakan Anda bisa dapatkan dari pemasoknya langsung karena harga bisa lebih murah ketika anda beli dalam jumlah banyak

7. Setiap keuntungan diputar untuk penambahan barang-barang kebutuhan pokok di usaha sembako anda.

Anda tertarik?

God bless u all
by. Gm.Susanto "pedagang kaki online"

Sabtu, 13 September 2014

Kisah pemuda amanah


Inilah kisah True Story yang terjadi pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab.
Suatu hari Umar sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Di sekelilingnya para sahabat sedang asyik berdiskusi sesuatu. Di kejauhan datanglah 3 orang pemuda. Dua pemuda memegangi seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka
Ketika sudah berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata,

"Tegakkanlah keadilan untuk kami, wahai Amirul Mukminin!" "Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatan pemuda ini!".
Umar segera bangkit dan berkata,

"Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka wahai anak muda?"
Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata, "Benar, wahai Amirul Mukminin."

"Ceritakanlah kepada kami kejadiannya.", tukas Umar.

Pemuda lusuh itu memulai ceritanya,
"Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku memercayakan aku untuk suatu urusan muammalah untuk kuselesaikan di kota ini. Sesampainya aku, kuikat untaku pada sebuah pohon kurma lalu kutinggalkan dia. Begitu kembali, aku sangat terkejut melihat seorang laki-laki tua sedang menyembelih untaku, rupanya untaku terlepas dan merusak kebun yang menjadi milik laki-laki tua itu. Sungguh, aku sangat marah, segera kucabut pedangku dan kubunuh ia. Ternyata ia adalah ayah dari kedua pemuda ini."

"Wahai, Amirul Mukminin, kau telah mendengar ceritanya, kami bisa mendatangkan saksi untuk itu.", sambung pemuda yang ayahnya terbunuh.
"Tegakkanlah had Allah atasnya!" timpal yang lain.

Umar tertegun dan bimbang mendengar cerita si pemuda lusuh.
"Sesungguhnya yang kalian tuntut ini pemuda shalih lagi baik budinya. Dia membunuh ayah kalian karena khilaf kemarahan sesaat', ujarnya.
"Izinkan aku, meminta kalian berdua memaafkannya dan akulah yang akan membayarkan diyat atas kematian ayahmu", lanjut Umar.

"Maaf Amirul Mukminin," sergah kedua pemuda masih dengan mata marah menyala, "kami sangat menyayangi ayah kami, dan kami tidak akan ridha jika jiwa belum dibalas dengan jiwa".
Umar semakin bimbang, di hatinya telah tumbuh simpati kepada si pemuda lusuh yang dinilainya amanah, jujur dan bertanggung jawab.

Tiba-tiba si pemuda lusuh berkata,"Wahai Amirul Mukminin, tegakkanlah hukum Allah, laksanakanlah qishash atasku. Aku ridha dengan ketentuan Allah" ujarnya dengan tegas,
"Namun, izinkan aku menyelesaikan dulu urusan kaumku. Berilah aku tangguh 3 hari. Aku akan kembali untuk diqishash".
"Mana bisa begitu?", ujar kedua pemuda.

"Nak, tak punyakah kau kerabat atau kenalan untuk mengurus urusanmu?" tanya Umar.
"Sayangnya tidak ada Amirul Mukminin, bagaimana pendapatmu jika aku mati membawa hutang pertanggungjawaban kaumku bersamaku?" pemuda lusuh balik bertanya.
"Baik, aku akan meberimu waktu tiga hari. Tapi harus ada yang mau menjaminmu, agar kamu kembali untuk menepati janji." kata Umar.
"Aku tidak memiliki seorang kerabatpun di sini. Hanya Allah, hanya Allah lah penjaminku wahai orang-orang beriman", rajuknya.

Tiba-tiba dari belakang hadirin terdengar suara lantang, "Jadikan aku penjaminnya wahai Amirul Mukminin".
Ternyata Salman al Farisi yang berkata..
"Salman?" hardik Umar marah, "Kau belum mengenal pemuda ini,

Demi Allah, jangan main-main dengan urusan ini".
"Perkenalanku dengannya sama dengan perkenalanmu dengannya, ya Umar. Dan aku mempercayainya sebagaimana engkau percaya padanya", jawab Salman tenang.
Akhirnya dengan berat hati Umar mengizinkan Salman menjadi penjamin si pemuda lusuh.

Pemuda itu pun pergi mengurus urusannya.
Hari pertama berakhir tanpa ada tanda-tanda kedatangan si pemuda lusuh. Begitupun hari kedua.
Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah si pemuda akan kembali. Karena mudah saja jika si pemuda itu menghilang ke negeri yang jauh.

Hari ketiga pun tiba. Orang-orang mulai meragukan kedatangan si pemuda, dan mereka mulai mengkhawatirkan nasib Salman. Salah satu sahabat Rasulullah saw yang paling utama.
Matahari hampir tenggelam, hari mulai berakhir, orang-orang berkumpul untuk menunggu kedatangan si pemuda lusuh. Umar berjalan mondar-mandir menunjukkan kegelisahannya. Kedua pemuda yang menjadi penggugat kecewa karena keingkaran janji si pemuda lusuh.
Akhirnya tiba waktunya penqishashan, Salman dengan tenang dan penuh ketawakkalan berjalan menuju tempat eksekusi. Hadirin mulai terisak, orang hebat seperti Salman akan dikorbankan.

Tiba-tiba di kejauhan ada sesosok bayangan berlari terseok-seok, jatuh, bangkit, kembali jatuh, lalu bangkit kembali.
"Itu dia!" teriak Umar, "Dia datang menepati janjinya!".
Dengan tubuh bersimbah peluh dan nafas tersengal-sengal, si pemuda itu ambruk di pangkuan Umar.
"Hh..hh.. maafkan.. maafkan.. aku.." ujarnya dengan susah payah, "Tak kukira.. urusan kaumku.. menyita..banyak.. waktu..".
"Kupacu.. tungganganku.. tanpa henti, hingga.. ia sekarat di gurun.. terpaksa.. kutinggalkan.. lalu aku berlari dari sana.."
"Demi Allah", ujar Umar menenanginya dan memberinya minum, "Mengapa kau susah payah kembali? Padahal kau bisa saja kabur dan menghilang?"

"Agar.. jangan sampai ada yang mengatakan.. di kalangan Muslimin.. tak ada lagi ksatria.. tepat janji.." jawab si pemuda lusuh sambil tersenyum.
Mata Umar berkaca-kaca, sambil menahan haru,
lalu ia bertanya, "Lalu kau Salman, mengapa mau-maunya kau menjamin orang yang baru saja kau kenal?"

"Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin, tidak ada lagi rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya", Salman menjawab dengan mantap.
Hadirin mulai banyak yang menahan tangis haru dengan kejadian itu.
"Allahu Akbar!" tiba-tiba kedua pemuda penggugat berteriak,
"Saksikanlah wahai kaum Muslimin, bahwa kami telah memaafkan saudara kami itu".
Semua orang tersentak kaget.
"Kalian.." ujar Umar, "Apa maksudnya ini? Mengapa kalian..?" Umar semakin haru.

"Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin tidak ada lagi orang yang mau memberi maaf dan sayang kepada saudaranya" ujar kedua pemuda membahana.
"Allahu Akbar!" teriak hadirin.
Pecahlah tangis bahagia, haru dan bangga oleh semua orang.

Begitupun kita disini, di saat ini..
sambil menyisipkan sebersit rasa iri karena tak bisa merasakannya langsung bersama saudara-saudara kita pada saat itu..

"Allahu Akbar..."

Rabu, 10 September 2014

Kilas banjir di Jakarta

Dulu lokasi di daerah kemayoran Jakarta Pusat jarang banjir. Dan biasanya banjir yang sering terjadi paling sering di daerah kampung melayu dan daerah-daerah si sekitar pinggiran sungai Ciliwung. Namun entah kenapa banjir kali.ini terjadi di daerah daerah yang dulunya tidak banjir.
Bahkan dari cerita orang-orang tua di daerah kemayoran, daerah di sini jarang sekali banjir. Kalaupun banjir, airnya ga masuk ke dalam rumah.  Selain itu,  terdapat sungai yang cukup lebar membelah wilayah kemayoran yang menyusuri jalan utan panjang. Apabila ketika hujan lebat, maka air tersebut cepat mengalir ke sungai tersebut.
Sayapun akhirnya penasaran untuk keliling daerah yang terendam banjir tersebut, dengan mengorbankan waktu untuk bolos kerja. Maka saya menyusuri jalan jalan yang terendam air tersebut. Memang di sisi kanan/kiri jalan ada saluran, namun air tetap menggenang. Bahkan jalan di sepanjang dari atrium senen menuju daerah mangga dua, total macet. Berapa kerugian yang akan di bayar oleh warga Jakarta, dan saya nyakin jalan akan cepat rusak.

Dari hasil survei saya, ternyata faktor yang banyak berpengaruh banjir kali ini adalah ;
1. Masalah sampah, ya sampah. Ternyata banyak saluran tertutup oleh banyaknya sampah plastik, sterefoam, pasir/tanah dll.
2. Kurang perawatan saluran drainase. Banyak drainase yang ga terawat. Kadang ada drainase yang ambrol yang sengaja di biarin. Akibatnya makin lama makin parah.
3. Penyempitan pada saluran pengumpul. Jakarta memang parah dari segi penataan sistem drainase dan sungai. Cenderung ngawur, ada sungai yang dulunya lebarnya sekitar 10-15 m sekarang terdesak menjadi 2 meteran. Ya akibatnya air pasti meluap. Bahkan pada titik tertentu bagian atas sungai di.buat lantai beton untuk dipakai tempat tinggal atau lahan parkir.

Itulah sedikit kesimpulan saya tentang penyebab banjir jakarta khususnya di daerah kemayoran. Sampah adalah faktor utama kita. 

Berikut dokumentasi Banjir di wilayah Kemayoran Jakarta Pusat


 Rel kereta api dari stasiun Senen ke arah Kota sebagia terendam

 Diambil dokumentasi di depan pertigaan arah Gunung Sahari Selatan

 Gang yang dulu jarang terendam, Banjir sekarang terendam hampir 30-40 cm

 Salah satu jalan di depan POM Bensin di daerah Kemayoran 

 Jalan dari arah Senen Atrium terendam sampai jalan ke arah pertokoan Mangga Dua

 Foto diambil di perempatan menuju ke jalan Pasar Minggu
 

Senin, 08 September 2014

Rekreasi di Lapangan Banteng Jakarta Pusat

Kota Jakarta yang sudah padat dengan gedung dan perumahan, sudah menjadi pemandangan yang tidak asing bagi kita. Sebagai pusat bisnis sekaligus ibukota Indonesia, membuat kota ini 24 jam nonstop. Pagi siang dan malam, aktivitas masyarakat yg tinggal di Ibukota ga berhenti.
Macet sudah menjadi makanan sehari hari bagi para karyawan, pegawai dan masyarakat secara umum. Kondisi semacam ini sedikit banyak akan mempengaruhi kondisi tubuh kita baik secara fisik maupun piskis kita. Salah satu alternatif untuk meringankan penatnya aktivitas kerja setelah sepekan, ditambah kondisi jalan yang macet, berasap akan membuat cepat stress.
Secara piskologis, untuk memulihkan stamina dan pikiran kita yaitu dengan jalan-jalan/Rihlah. Tentunya harus disesuaikan dengan kantong kita. Ya maklum hidup di Jakarta ini, harus pintar2 manage keuangan kita. Salah satu alternatif tempat rekreasi yang murah, lapang dan segar udaranya dan berada di tengah2 kota Jakarta yaitu Lapangan Banteng. Ya ini tempat favorit saya, ya hampir bisa di katakan minimal 1/bulan saya ke sini. Yang paling enak kalau ngajak anak2 untuk bermain juga bisa berolah raga.
Berikut dokumentasi yang saya ambil waktu main2 dilapangan banteng. Ya mungkin bisa jadi referensi para sahabat semua.



Gimana kang mas, mbakayu mantap kan. Rekreasi murah mudah berada di tengah-tengah Kota

Rabu, 03 September 2014

Kisah pemuda yang tepat janji

Berikut kisah pemuda yang tepat janji bisa menyelamatkan nyawanya. Dalam kisah ini banyak pelajaran yang dapat kita ambil hikmahnya. Terlebih pada masa sekarang ini,kita tidak bisa membedakan mana orang-orang yang amanah atau yang tidak amanah. Sehingga cerita ini bisa dijadikan renungan bagi kita serta untuk orang terdekat kita. Yuk kita baca..

Inilah kisah True Story yang terjadi pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab.
Suatu hari Umar sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Di sekelilingnya para sahabat sedang asyik berdiskusi sesuatu. Di kejauhan datanglah 3 orang pemuda. Dua pemuda memegangi seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka
Ketika sudah berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata,

"Tegakkanlah keadilan untuk kami, wahai Amirul Mukminin!" "Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatan pemuda ini!".
Umar segera bangkit dan berkata,

"Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka wahai anak muda?"
Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata, "Benar, wahai Amirul Mukminin."

"Ceritakanlah kepada kami kejadiannya.", tukas Umar.

Pemuda lusuh itu memulai ceritanya,
"Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku memercayakan aku untuk suatu urusan muammalah untuk kuselesaikan di kota ini. Sesampainya aku, kuikat untaku pada sebuah pohon kurma lalu kutinggalkan dia. Begitu kembali, aku sangat terkejut melihat seorang laki-laki tua sedang menyembelih untaku, rupanya untaku terlepas dan merusak kebun yang menjadi milik laki-laki tua itu. Sungguh, aku sangat marah, segera kucabut pedangku dan kubunuh ia. Ternyata ia adalah ayah dari kedua pemuda ini."

"Wahai, Amirul Mukminin, kau telah mendengar ceritanya, kami bisa mendatangkan saksi untuk itu.", sambung pemuda yang ayahnya terbunuh.
"Tegakkanlah had Allah atasnya!" timpal yang lain.

Umar tertegun dan bimbang mendengar cerita si pemuda lusuh.
"Sesungguhnya yang kalian tuntut ini pemuda shalih lagi baik budinya. Dia membunuh ayah kalian karena khilaf kemarahan sesaat', ujarnya.
"Izinkan aku, meminta kalian berdua memaafkannya dan akulah yang akan membayarkan diyat atas kematian ayahmu", lanjut Umar.

"Maaf Amirul Mukminin," sergah kedua pemuda masih dengan mata marah menyala, "kami sangat menyayangi ayah kami, dan kami tidak akan ridha jika jiwa belum dibalas dengan jiwa".
Umar semakin bimbang, di hatinya telah tumbuh simpati kepada si pemuda lusuh yang dinilainya amanah, jujur dan bertanggung jawab.

Tiba-tiba si pemuda lusuh berkata,"Wahai Amirul Mukminin, tegakkanlah hukum Allah, laksanakanlah qishash atasku. Aku ridha dengan ketentuan Allah" ujarnya dengan tegas,
"Namun, izinkan aku menyelesaikan dulu urusan kaumku. Berilah aku tangguh 3 hari. Aku akan kembali untuk diqishash".
"Mana bisa begitu?", ujar kedua pemuda.

"Nak, tak punyakah kau kerabat atau kenalan untuk mengurus urusanmu?" tanya Umar.
"Sayangnya tidak ada Amirul Mukminin, bagaimana pendapatmu jika aku mati membawa hutang pertanggungjawaban kaumku bersamaku?" pemuda lusuh balik bertanya.
"Baik, aku akan meberimu waktu tiga hari. Tapi harus ada yang mau menjaminmu, agar kamu kembali untuk menepati janji." kata Umar.
"Aku tidak memiliki seorang kerabatpun di sini. Hanya Allah, hanya Allah lah penjaminku wahai orang-orang beriman", rajuknya.

Tiba-tiba dari belakang hadirin terdengar suara lantang, "Jadikan aku penjaminnya wahai Amirul Mukminin".
Ternyata Salman al Farisi yang berkata..
"Salman?" hardik Umar marah, "Kau belum mengenal pemuda ini,

Demi Allah, jangan main-main dengan urusan ini".
"Perkenalanku dengannya sama dengan perkenalanmu dengannya, ya Umar. Dan aku mempercayainya sebagaimana engkau percaya padanya", jawab Salman tenang.
Akhirnya dengan berat hati Umar mengizinkan Salman menjadi penjamin si pemuda lusuh.

Pemuda itu pun pergi mengurus urusannya.
Hari pertama berakhir tanpa ada tanda-tanda kedatangan si pemuda lusuh. Begitupun hari kedua.
Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah si pemuda akan kembali. Karena mudah saja jika si pemuda itu menghilang ke negeri yang jauh.

Hari ketiga pun tiba. Orang-orang mulai meragukan kedatangan si pemuda, dan mereka mulai mengkhawatirkan nasib Salman. Salah satu sahabat Rasulullah saw yang paling utama.
Matahari hampir tenggelam, hari mulai berakhir, orang-orang berkumpul untuk menunggu kedatangan si pemuda lusuh. Umar berjalan mondar-mandir menunjukkan kegelisahannya. Kedua pemuda yang menjadi penggugat kecewa karena keingkaran janji si pemuda lusuh.
Akhirnya tiba waktunya penqishashan, Salman dengan tenang dan penuh ketawakkalan berjalan menuju tempat eksekusi. Hadirin mulai terisak, orang hebat seperti Salman akan dikorbankan.

Tiba-tiba di kejauhan ada sesosok bayangan berlari terseok-seok, jatuh, bangkit, kembali jatuh, lalu bangkit kembali.
"Itu dia!" teriak Umar, "Dia datang menepati janjinya!".
Dengan tubuh bersimbah peluh dan nafas tersengal-sengal, si pemuda itu ambruk di pangkuan Umar.
"Hh..hh.. maafkan.. maafkan.. aku.." ujarnya dengan susah payah, "Tak kukira.. urusan kaumku.. menyita..banyak.. waktu..".
"Kupacu.. tungganganku.. tanpa henti, hingga.. ia sekarat di gurun.. terpaksa.. kutinggalkan.. lalu aku berlari dari sana.."
"Demi Allah", ujar Umar menenanginya dan memberinya minum, "Mengapa kau susah payah kembali? Padahal kau bisa saja kabur dan menghilang?"

"Agar.. jangan sampai ada yang mengatakan.. di kalangan Muslimin.. tak ada lagi ksatria.. tepat janji.." jawab si pemuda lusuh sambil tersenyum.
Mata Umar berkaca-kaca, sambil menahan haru,
lalu ia bertanya, "Lalu kau Salman, mengapa mau-maunya kau menjamin orang yang baru saja kau kenal?"

"Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin, tidak ada lagi rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya", Salman menjawab dengan mantap.
Hadirin mulai banyak yang menahan tangis haru dengan kejadian itu.
"Allahu Akbar!" tiba-tiba kedua pemuda penggugat berteriak,
"Saksikanlah wahai kaum Muslimin, bahwa kami telah memaafkan saudara kami itu".
Semua orang tersentak kaget.
"Kalian.." ujar Umar, "Apa maksudnya ini? Mengapa kalian..?" Umar semakin haru.

"Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin tidak ada lagi orang yang mau memberi maaf dan sayang kepada saudaranya" ujar kedua pemuda membahana.
"Allahu Akbar!" teriak hadirin.
Pecahlah tangis bahagia, haru dan bangga oleh semua orang.

Begitupun kita disini, di saat ini..
sambil menyisipkan sebersit rasa iri karena tak bisa merasakannya langsung bersama saudara-saudara kita pada saat itu..

"Allahu Akbar..."