DARI AKUN : Namaku Ombak @bandabening
Minggu sore kemarin saat hujan lebat, Nenek Liem (Christina), 74
tahun, terjatuh di depan kamar mandi. Nana, putrinya melongok dari kamar. Kaget
bukan kepalang melihat ibu sudah tergeletak. Tak bergerak. Denyut nadinya
berhenti.
Nana pun menangis sejadi-jadinya.
Raungan tangis Nana terdengar Ustaz Arief Akbar, tetangga yang sedang memeriksa
pekarangan setelah hujan menyisakan gerimis. Ustaz Arief yang Ketua DKM Masjid
Al-kautsar, lingkungan perumahan kami, mencari tahu apa yg terjadi.
Nana memberitahu ibunya terjatuh,
Ustaz Arief langsung masuk dan menggendong Nenek Liem ke tengah ruangan, serta
memeriksanya. "Nana sabar ya, ibu udah ngga ada. Udah dipanggil
Tuhan," ucap Ustaz Arief yang segera menghubungi tetangga sekitar.
Tetangga berdatangan. Termasuk saya.
"Mendiang sebetulnya emang udah sakit-sakitan," ujar Ustaz Arief,
alumni UIN Jakarta yang juga lulusan S2 UI bidang perpajakan itu pada saya.
Emak-emak berhijab pun melayat,
menemani Nana untuk menyabarkannya. Nana hanya tinggal berdua dengan ibunya,
saudara dan kerabat lainnya kebanyakan tinggal di Jakarta. Sebelumnya Desky,
teman kami yang adik Nana juga tinggal disini. Tapi setelah menikah ia tinggal
di Jakarta.
Di blok C yang terdiri dari 32 KK,
keluarga Ibu Liem satu-satunya penganut Kristen. Kami menawarkan mengurus
jenazah hingga pemakaman. Tapi kata Nana, keluarga ingin bawa jenazah ibunya ke
Jakarta. Kami pun mengusahakan ambulance, meminjam milik desa untuk membawa
jenazah.
Maghrib, kami pamit, ke masjid. Dua
emak berhijab yang sedang "datang bulan" tetap menemani Nana. Selepas
maghrib kami datang lagi dengan jumlah warga lebih banyak meskipun masih
gerimis. Datang juga beberapa tetangga blok lain yang Kristiani.
Sekitar pukul 21.00 keluarga mendiang
dari Jelambar, Jakarta Barat tiba. Kami menyalami mereka, mengucapkan bela
sungkawa. Tak berlama-lama, jenazah mendiang pun dibawa keluarga ke Jakarta.
Bukankah kami yang mayoritas peduli
pada duka yang dialami tetangga beda iman? Toleransi dalam kehidupan
bertetangga itu alamiah saja. Tak ada pembatas iman dalam membantu tetangga
yang kesusahan. Peduli kemanusiaan bagian dari ajaran Islam.
Jadi, tak perlu ajari kami tentang
toleransi. Kami sudah khatam. Hidup berdampingan dg yg beda iman bukan masalah.
Ajaran Islam: "bagimu agamamu, bagiku agamaku" adalah prinsip
toleransi kami. Di luar peribadatan, kita semuanya manusia yang saling bantu
sesama. Salam